Kadudampit, Sukabumi – 14-15 Desember 2024 – Aku dan Bambu Fest Nusantara 2024 (ABFN 2024) kembali hadir di Tanah Riang, Desa Gedepangrango, Kadudampit. Diselenggarakan oleh Yayasan Bumi Karuhun Kadudampit (YBKK), festival ini membawa tema “Geus Wayah Awi Ngajomantara Dina Wawangina”, yang menggambarkan upaya menjadikan bambu sebagai simbol tradisi dan inovasi keberlanjutan.
Memasuki tahun keempat penyelenggaraannya, ABFN 2024 tidak hanya menjadi perayaan seni dan budaya, tetapi juga langkah konkret dalam pelestarian bambu dan ekosistemnya sebagai solusi untuk masa depan.
Hari Pertama: Pembukaan dan Edukasi Anak-Anak
Hari pertama dimulai pukul 10.00 WIB dengan seremoni pembukaan yang dipimpin oleh Camat Kadudampit, Pak Susandikrillah, S.IP., M.AP.. Beliau menyampaikan apresiasi terhadap kolaborasi komunitas, pemerintah, dan masyarakat dalam mendukung pelestarian budaya bambu.
Agenda berikutnya adalah doa bersama yang dilanjutkan dengan sesi edukasi satwa liar reptil untuk anak-anak sekolah dasar. Edukasi ini memberikan pengalaman langsung bagi anak-anak untuk mengenal peran reptil dalam ekosistem, sekaligus menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan.
Hari Kedua: Puncak Festival dengan Seni dan Diskusi Inspiratif
Hari kedua, yang berlangsung pada 15 Desember 2024, menjadi puncak festival dengan serangkaian acara yang menampilkan perpaduan seni, tradisi, dan diskusi edukatif.
Acara dimulai dengan pertunjukan kohkol yang memukau. Dibawakan oleh anak-anak PAUD binaan Gilang Ramadhan, penampilan kohkol ini bukan sekadar pertunjukan musik, tetapi juga sarana pembelajaran nilai-nilai seperti kerja sama, disiplin, dan empati. Suara ritmis dari kohkol menjadi pembuka yang sempurna untuk hari penuh kreativitas ini.
Selanjutnya, pengunjung disuguhkan dengan rangkaian seni tradisional seperti:
- Angklung dan Calung, yang membawakan melodi tradisional khas Sunda.
- Pencak Silat, yang menampilkan kekuatan seni bela diri sekaligus keindahan gerak.
- Tari dari Sanggar Gaya Gita, yang memadukan elemen tradisi dan kreativitas modern.
- Sayang Iwung, sebuah penampilan musik etnik berbasis bambu yang menonjolkan potensi instrumen tradisional.
- Peradaban Sungai, sebuah pementasan yang mengisahkan hubungan manusia dengan alam, khususnya sungai dan ekosistemnya.
Selain seni pertunjukan, hari kedua juga menghadirkan diskusi mendalam melalui dua sesi talkshow yang sangat dinanti:
1. Deni Firmansyah dari Kasepuhan Cipta Mulya membahas “Ngaji Awi Keur Diri”, dengan menyelami bambu untuk mengenal jati diri sendiri. Juga memperkenalkan praktek penanaman dan pemanenan bambu secara berkelanjutan.
2. Indra Gandara penari Sukabumi yang sudah tampil secara Internasional membedah filosofi dan teknik tari Kokoprak, sebuah seni tradisional yang terinspirasi dari kebiasaan mengusir hama.
Talkshow ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga menjadi ruang interaksi antara masyarakat dan pakar untuk memahami peran bambu dalam kehidupan sehari-hari.
Soft Launching “Bambu Indonesia”
Salah satu highlight hari kedua adalah soft launching “Bambu Indonesia”, kawasan seluas 14 hektare yang dirancang sebagai pusat konservasi, edukasi, dan pengembangan ekonomi berbasis bambu. Penyerahan masterplan dilakukan secara simbolis kepada Pemerintah Kabupaten Sukabumi, menandai langkah konkret menuju pengelolaan bambu yang terintegrasi dan berkelanjutan disampaikan oleh Ketua Dewan Pengawas Yayasan Bumi Karuhun Kadudampit Dian Achmad Kosasih.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lestari
Aku dan Bambu Fest Nusantara 2024 tidak hanya menjadi ajang selebrasi seni dan budaya, tetapi juga langkah nyata untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, komunitas, pengrajin, dan masyarakat umum. Dengan melibatkan 5 Desa di Kecamatan Kadudampit, komunitas seni lokal, dan UMKM berbasis bambu, festival ini mendorong keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
Bagi Anda yang belum sempat hadir, festival ini masih berlangsung hingga malam hari. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari perayaan ini, dan mari bersama-sama mendukung keberlanjutan bambu sebagai warisan Nusantara!